Karyawan Muslim Jangan Mau Disuruh Memakai Atribut Natal
Sering kita temui
seorang muslim rela memakai atribut natal karena tuntutan pekerjaan
Jangan Engkau Gadaikan Aqidahmu
Saudaraku yang dirahmati
Allah, apabila anda diperintahkan atau dipaksa untuk memakai topi sinterklas
oleh bos atau atasan anda, jangan mau atau pasrah saja menerima, karena ini
masalah aqidah yang sangat penting dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Hal yang Perlu
Diperhatikan dan Dilakukan
- Anda berhak menolak dengan alasan agama, karena MUI telah mengeluarkan fatwa larangan memakai atribut keagamaan non-muslim, yaitu Fatwa Majelis Ulama Indonesia nomor 56 tahun 2016 tentang hukum menggunakan atribut keagamaan non-muslim
- Anda bisa berbicara baik-baik dengan bos atau atasan anda, terkait hal ini. Dengan cara & diplomasi yang baik, umumnya manusia akan menerima diplomasi yang baik
- Hal ini adalah masalah aqidah yang cukup penting dan tidak bisa ditawar-tawar lagi, karena topi sinterklas adalah ciri khas atribut agama lain saat ini
- Walapun kita merasa itu hanya sekedar formalitas dan kita meyakini tidak setuju, akan tetapi ini masalah aqidah. Tentu agama lain tidak ingin, apabila karyawan non-muslim dipaksa memakai jilbab saat suasana lebaran.
- Tentu hati kecil anda menolak, tidak bisa dibayangkan maut datang dalam keadaan anda memakai topi sinterklas (karena maut bisa datang kapan saja)
Jangan Takut Menolak
Selain adanya fatwa dari
MUI mengenai hal ini beberapa kepala daerah juga melarang atasan atau karyawan
memaksa karyawannya untuk memakai topi sinterklas. Misalnya berita berikut Ridwan Kamil Minta Karyawan Muslim Tak Diwajibkan Pakai
Atribut Sinterklas untuk hal ini anda memiliki pegangan regulasi dan
aturan yang kuat untuk menolak memakai topi sinterklas dalam rangka menyambut
natal.
Pegang Teguhlah Syariat Islam
Secara syarat hal ini
benar-benar krusial dan penting karena menyangut masalah aqidah. Kita seorang
muslim dilarang mengguakan atribut agama lain apapun jenisnya. Seorang sahabat
memakai salib dari emas, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahnya untuk segera membuang salib emas tersebut. Perhatikan hadits
berikut,
Adi bin Hatim
Radhiallahu ‘anhu berkata:
أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, وَفِيْ
عُنُقِيْ صَلِيْبٌ مِنْ ذَهَبٍ, فَقَالَ: ياَ عَدِيُّ اطْرَحْ عَنْكَ هَذاَ
الْوَثَنَ
“Aku mendatangi
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sedangkan pada leherku terdapat salib
(yang terbuat) dari emas, (lantas) beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: ‘Wahai ‘Adi, buanglah darimu watsan/berhala ini!’. [HR At Tirmidzi
no. 3095, Dihasankan oleh Al-Albani]
Walaupun ada yang
beralasan:
“Topi sinterklas
bukanlan ajaran kristen, tapi dongeng di masa lalu dan bukan tanda khas agama
kristen”
Kita jawab: yang menjadi
patokan adalah saat ini. Semua manusia paham bahwa topi sinterklas identik
dengan natal dan yang terpenting topi sinterklas dipakai untuk menyambut natal
kan? Apakah seorang muslim menyambut natal?
Mendekati perayaan orang kafir saja tidak diperbolehkan apalagi
menyambutnya. Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu mengingatkan kita agar
menjauhi perayaan hari raya orang kafir. Jika mendekat saja saat itu dilarang,
bagaimana dengan memakai atribut agama mereka dan memberi selamat? Tentu
juga dilarang (saat itu ucapan selamat harus mendatangi, tidak bisa jarak jauh
dengan bantuan alat komunikasi). Beliau berkata,
اجتنبوا أعداء الله في عيدهم
“Jauhilah orang-orang kafir saat hari raya mereka” [HR. Baihaqi]
اجتنبوا أعداء الله في عيدهم
“Jauhilah orang-orang kafir saat hari raya mereka” [HR. Baihaqi]
Selain itu tidak mau memakai topi sinterklas tidak akan merusak
toleransi. Toleransi adalah membiarkan mereka melaksanakan ibadah, tidak boleh
diganggu dan dihalangi akan tetapi kita tidka ikut menyambut atau membantu
sedikitpun dan dalam bentuk apapun.
Allah berfirman,
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” (QS. Al Kafirun: 6)
Allah berfirman,
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” (QS. Al Kafirun: 6)
Secara aturan negara
juga, menteri agama sebelumnya telah menjelaskan bahwa tidak memakai topi
sinterklas adalah bentuk toleransi. Misalnya berita sebagai berikut,
Demikian semoga
bermanfaat.
@ Lombok, Pulau Seribu
Masjid
Penyusun: Raehanul Bahraen
Posting Komentar untuk "Karyawan Muslim Jangan Mau Disuruh Memakai Atribut Natal"